Pengalaman Menjalani Kehidupan Baru di Usia 40 Tahun

Menjalani Kehidupan di Usia 40 Tahun


Pengalaman Menjalani Kehidupan Baru di Usia 40 Tahun - Tahun 2024 ini, tepat di usia 40 tahun, saya merasa ini menjadi salah satu momen penting dalam hidup saya.


Alhamdulillah, Allah SWT masih memberikan saya kesempatan untuk terus hidup dan belajar.


Seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa usia membawa perubahan dan semakin dewasa. Saya harus lebih bijaksana dalam menjalaninya.


Banyak hal yang kini saya pahami, dan inilah beberapa pelajaran yang saya alami sendiri saat memasuki usia 40 tahun.


1. Tidak Semua Orang Mendukung Saya.


Satu hal yang saya pelajari adalah, tidak semua orang di sekitar benar-benar mendukung saya. Ada yang mungkin terlihat dekat karena ada kepentingan.


Dulu saya sempat berpikir semua teman dan rekan kerja akan selalu ada di sisi saya, tetapi kenyataannya, tidak selalu demikian.


Kadang, teman yang saya anggap bisa diandalkan justru meragukan kemampuan saya atau bahkan berusaha menghentikan langkah saya untuk meraih tujuan tersebut.


Saya pernah merasakannya sendiri, ketika mencoba memulai usaha baru, beberapa teman terdekat justru meremehkan langkah saya.


Pengalaman ini mengajarkan saya untuk tidak terlalu bergantung pada dukungan orang lain. Yang terpenting adalah percaya pada diri sendiri.


Meskipun kadang orang-orang di sekitar berpura-pura mendukung, di belakang mereka bisa saja berbicara sebaliknya.


Percayalah, kepercayaan pada diri sendiri adalah kunci utama.


2. Tidak Butuh Pengakuan Orang.


Seiring bertambahnya usia, saya menyadari bahwa pengakuan dari orang lain bukanlah hal yang utama. 


Dulu, saya sering merasa perlu mendapatkan validasi dari orang-orang sekitar, baik di media sosial maupun dalam kehidupan sehari-hari.


Namun, sekarang tahu bahwa saya tidak bisa memuaskan semua orang. Ada yang mungkin menganggap saya menarik, ada yang menganggap menyebalkan, dan itu wajar.


Tidak ada gunanya berusaha mati-matian agar disukai semua orang. Lebih baik tetap menjadi diri sendiri, melakukan kebaikan dengan ikhlas tanpa berharap pengakuan.


Saya sekarang lebih bahagia menjalani hidup dengan cara saya sendiri, tanpa perlu memikirkan bagaimana orang lain memandang saya.


Menjadi diri sendiri jauh lebih berharga daripada harus menjadi versi orang lain demi disukai.


3. Kebahagiaan adalah Segalanya.


Uang memang penting, tapi tidak bisa membeli segalanya. Saya pernah berada di situasi di mana keuangan menjadi prioritas utama.


Namun, seiring waktu saya paham bahwa kesejahteraan emosional dan kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang.


Uang bisa membeli banyak hal, tapi tidak bisa menggantikan perasaan damai dan kepuasan batin.


Saya pernah bertemu dengan orang-orang yang memiliki segalanya secara materi, namun mereka tetap merasa ada saja yang kurang.


Pengalaman ini membuat saya lebih menghargai kebahagiaan yang datang dari hal-hal sederhana, seperti kesehatan, hubungan baik dengan keluarga, dan kedamaian hati.


4. Bekerja tidak Selalu Berdasarkan Passion.


Salah satu pelajaran besar yang saya pelajari adalah bahwa tidak semua pekerjaan yang saya jalani adalah sesuatu yang disukai. 


Banyak orang termasuk saya, pernah dihadapkan pada pilihan antara mengejar passion atau menerima pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi namun bukan minat utama saya.


Saya belajar bahwa dalam beberapa situasi, saya harus mengesampingkan passion demi memenuhi kebutuhan hidup.


Awalnya, saya merasa berat menjalani pekerjaan yang tidak sesuai dengan passion saya. Namun, seiring waktu, saya mulai mencintai pekerjaan tersebut.


Ternyata, ketika saya fokus dan bekerja keras, saya bisa menemukan kepuasan dan menciptakan passion di bidang yang awalnya tidak disukai.


Jadi, jika tidak bisa mendapatkan pekerjaan sesuai passion, cobalah untuk mencintai pekerjaan yang sedang dilakukan.


5. Terbiasa Menahan Rasa Sakit.


Banyak orang berkata bahwa waktu bisa menyembuhkan luka, namun saya merasakan bahwa waktu tidak benar-benar menyembuhkan, melainkan hanya membuat saya terbiasa dengan rasa sakit itu.


Saya pernah mengalami kehilangan dan pengkhianatan, dan meski bertahun-tahun berlalu, rasa sakit itu masih ada. Namun, saya belajar untuk menerima dan melanjutkan hidup.


Luka itu mungkin tidak sepenuhnya hilang, tapi seiring waktu, saya menjadi lebih kuat dan mampu menghadapinya dengan lebih tenang.


Saya percaya, meski rasa sakitnya tetap ada, saya bisa memilih untuk tidak membiarkannya mendominasi hidup saya.


Selamat datang Putracikeusik di usia 40! Ini adalah fase baru dalam hidup yang penuh dengan tantangan, pelajaran, dan peluang.


Sekarang saya merasa lebih siap untuk menghadapi apa pun yang datang, karena dengan usia ini, saya memiliki lebih banyak pengalaman dan kebijaksanaan untuk menjalani kehidupan.

Terima kasih atas kunjungannya