Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu |
Selasa 13 Desember 2016
Berawal dari penukaran voucher BBM di SPBU Kiaracondong, saya memutuskan untuk mencari destinasi wisata yang bisa dijadikan tempat untuk merenung. Langsung tancap gas meskipun belum pasti tempat mana yang akan dituju. Dalam pikiran terbayang antara Farmhouse Lembang, teropong bintang Boscha, Maribaya, dan Tangkuban Parahu.
Setelah masuk kawasan Setiabudhi dan melintas di depan Farmhouse, ternyata belum begitu ramai dan akhirnya melanjutkan perjalanan. Sempat berpikir untuk memilih berkunjung ke tempat teropong bintang Boscha. Tapi karena kebiasaan buruk saya yang selalu terburu - buru dalam berkendara, akhirnya jalan menuju Boscha terlewat.
Yasudah lah perjalanan dilanjutkan kembali menuju Lembang dan mengambil keputusan untuk berkunjung ke Tangkuban Parahu. Setelah masuk kawasan Lembang, belok kiri menuju arah gunung yang konon katanya berasal dari perahunya Sangkuriang. Sebelum masuk gerbang tiket, mampir dulu di sebuah warung untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan, dengan memesan mie rebus pakai telor dan minuman teh kemasan botol.
Jalan menuju puncak Gunung Tangkuban Parahu |
Setelah perut terisi penuh, perjalanan pun dilanjutkan. Membayar tiket masuk dulu lalu langsung tancap gas menuju puncak gunung Tangkuban Parahu. Medan jalan yang mulus karena baru saja diperbaiki dengan hot mix yang masih terlihat hitam pekat, perjalanan pun terasa nyaman. Jalan yang berliku dengan udara segar dan hijaunya pepohonan membuat hati ini berasa tenang dan damai. Bahkan serasa jauh dari masalah duniawi yang membuat otak ini stress.
Singkat cerita, akhirnya tiba di lokasi kawah Ratu gunung Tangkuban Parahu yang sudah dipenuhi oleh wisatawan. Sempat merasa bingung untuk mencari tempat parkir motor dan muter - muter. Setelah bertanya sama petugas penjaga parkir akhirnya diarahkan ke lokasi parkiran motor yang berada agak kebawah dari jalan utama. Dengan sedikit tergesa karena sudah tidak sabar ingin melihat penampakan kawah yang dahulu pernah meletus dahsyat, saya langsung jalan kaki menuju bibir kawah yang dibatasi oleh pagar tembok yang didesain berbentuk batang pohon.
Narsis di pinggir Kawah Ratu |
Sedikit belajar narsis foto selfie karena tidak ada yang fotoin dan ada rasa kaku karena sendirian berada di keramaian orang yang lalu lalang. Menikmati indahnya kawah yang begitu besar dengan mengabadikan video agar bisa ditonton nanti atau lain waktu. Permukaan kawah yang sangat luas ini tidak terbayangkan seperti apa kedahsyatan letusan Gunung Tangkuban Parahu pada waktu itu.
Spot foto di kawasan kawah Ratu |
Tidak hanya terpaku di satu tempat, Explore pun dilanjutkan dengan menyusuri jalan yang bertangga naik turun di sepanjang bibir Kawah Ratu. Meskipun rada ngos - ngosan tapi perjalanan tetap dilanjutkan. Perjalanan dari ujung ke ujung lumayan membuat kaki ini terasa pegal. Sambil istirahat duduk di atas batu menikmati angin dingin yang berhembus menyegarkan badan, saya memperhatikan berbagai macam aktivitas orang - orang di sekeliling
Pagar pembatas disekeliling kawah Ratu |
Usai sudah perjalanan wisata sambil menikmati pemandangan kawah Ratu yang megah. Karena hujan mulai turun, akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Eh ternyata setelah turun dari kawasan wisata Gunrung Tangkuban Parahu nggak ada hujan sedikit pun. Rupanya itu hanyalah efek kabut yang turun di sekitar kawah.
Terima kasih atas kunjungannya